Rabu, 31 Desember 2014

zakat emas, perak dan uang



emas




Hadist yang diriwayatkan dari Ali ra, dia berkata, telah bersabda Rasulullah saw:

“Jika kamu mempunyai 200 dirham dan sudah cukup setahun maka zakatnya adalah 5 dirham, dan emas hanya dikenakan zakat bila sudah mencapai 20 dinar dan sudah cukup setahun, maka zakatnya adalah ½ dinar setiap bertambah maka dengan hitungan tersebut. Tidak wajib zakat kecuali sampai cukup masa setahun”. (H.R Abu Daud)



Kategori Zakat Emas dan Perak

Harta lain yang juga termasuk kategori emas dan perak :
1. Logam/batu mulia dan Mata uang 
2. Simpanan seperti : Tabungan, deposito, cek atau surat berharga lainnya
Syarat Zakat Emas & Perak

    Sampai nishob.
    Berlalu satu tahun.
    Bebas dari hutang yang menyebabkan kurang dari nishob.
    Surplus dari kebutuhannya.

- Jika perhiasan tersebut sebagai simpanan atau investasi, wajib dikeluarkan zakatnya 2.5% dengan syarat nishob dan haul.
- Perhiasan yang haram digunakan dan terbuat dari emas & perak, wajib dikeluarkan zakatnya.
- Jika perhiasan tersebut untuk dipakai dan dalam batas yang wajar, tidak dikenakan zakat, jika berlebihan termasuk katagori pertama.
- Penentuan nishabnya adalah senilai dengan nishab emas 85 gram.

Nishab dan kadar zakat emas, perak dan uang

    Nishab emas 20 dinar, 1 dinar = 4,25 gram, maka nishab emas adalah 20 X 4,25 gram = 85 gram.
    Nishab Perak adalah 200 dirham, 1 dirham = 2,975 gram, maka nishab perak adalah 200 X 2,975 gram = 595 gram.
    Demikian juga macam jenis harta yang merupakan harta simpanan dan dapat dikategorikan dalam emas dan perak, seperti uang tunai, tabungan, cek, saham, surat berharga ataupun bentuk lainnya. Maka nishab dan zakatnya sama dengan ketentuan emas dan perak. Artinya jika seseorang memiliki bermacam-macam bentuk harta dan jumlah

    akumulasinya lebih besar atau sama dengan nishab (85 gram emas) maka ia telah terkena kewajiban zakat (2.5%).

Landasan Hukum (Fiqh) Zakat, Lintasan Sejarah Perkembangan Zakat di Indonesia

Landasan Hukum (Fiqh) Zakat, Lintasan Sejarah Perkembangan Zakat di Indonesia
Overview

Zakat & Hukum (Fiqh) Zakat
Zakat Pada Masa Rasulullah SAW
Zakat pada Era Kullafa Urrasyidin
Perkembangan Zakat di Indonesia
 


Al- Shariah Islamiah
The Sharia

In Islam, the question of right and wrong in resource allocation and the pursuit of ecomic stability & growth cannot be settled by a mere appeal reason &empirical observations.
Man’s indebtedness to God for creating him out of nothing is symbolized by his total submission & surrender to His Will (i.e. Al-shariah Islamiyah) by the way on which the economic system is built.
Al-din is man’s indebtedness to
his Creator


“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati yang (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami balut dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”(Q.S. Al-Mu'minun, 23: 12-14)
Caranya: how we repay our debt

Paying or returning the debt to god means to hive himself up in service, or khidmah to him, to abase himself before Him, to consciously enslave himself to His Command, Prohibitions, and Ordinances, and thus to live out the dictates of His Law